Hadirkan Dosen Uniga dan TPPD Jadi Narasumber, Dinkes Garut Gelar Rapat Koordinasi Strategi Percepatan Penurunan Angka Stunting


JABARONNEWS.COM - Dengan tema Strategi Percepatan Penurunan Angka Stunting untuk tingkat kecamatan, puskesmas, desa dan kelurahaan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, gelar rapat koordinasi teknis bidang kesehatan masyarakat (kesmas), di Ballroom Hotel Harmoni, Kecamatan Tarogong Kaler, Kamis (13/07/2023).

Dalam kesempatan tersebut, dinas kesehatan menghadirkan narasumber yakni Dosen Fisip Universitas Garut (Uniga), Prof Dr Ikeu Kania M Si, dan Tim Percepatan Pembangunan Kabupaten Garut, DR H Suherman SH M Si. Hadir juga dalam forum tersebut, para camat, kepala puskesmas, lurah dan kepala desa yang wilayahnya masuk dalam angka Stunting tinggi.

VideoCapture_20230713-165815.jpg
dr Tri Cahyo Nugroho

 

"Dari data hasil pengukuran kemarin ada 50 desa yang prevalensi Stuntingnya diatas 20 persen. Kita undang 50 desanya, kepala puskesmas kita undang dan 15 camat yang kita undang hari ini," ujar Kepala Bidang Kesmas Dinkes Garut, dr Tri Cahyo Nugroho, saat diwawancarai di sela kegiatan.

Para camat yang hadir, lanjut dr Tri, mempresentasikan upaya-upaya percepatan penurunan Stunting di wilayahnya, baik tingkat puskesmas maupun desa-desa. Kedua narasumber yang dihadirkannya, kata dia, menjadi panelis untuk membahas strategi yang disampaikan oleh para camat.

Menurutnya, dari apa yang disampaikan para camat dan pembahasan yang dilakukan oleh Prof Ikeu dan DR Suherman, tampak ada strategi-strategi yang sudah komprehensif. Tapi tentunya harus didukung oleh biaya dan dilaksanakan, itu yang penting.

"Kelebihan kita kan sudah by name by adress, tinggal dilihat, terus ini mau diapain, nah ini strategi (bagi) para camat, kepala puskesmas, kepala desa. Kalau mau PMT namanya ada, kalau mau penyuluhan orangnya juga sudah ada, karena tahun 2024 kita harus mencapai 14 persen dari hasil survey," papar dr Tri.

Ia berharap, dari pelaksanaan kegiatan tersebut, para camat, kepala puskesmas dan 50 desa yang diundang, bisa melakukan upaya-upaya nyata di wilayahnya masing-masing. Mengejawantahkan strategi yang dibahas, sehingga betul-betul implementatif dan bukan dekoratif, karena survey akan kembali dilakukan pada bulan Agustus-September 2023.

"Harapannya, waktu dua bulan ini, dengan intervensi yang pas, 50 desa itu harapannya turun. Dengan turunnya dari 50 desa itu, tentunya secara signifikan akan menurunkan prevalensi Stunting di Kabupaten Garut," terang dr Tri.

VideoCapture_20230713-165832.jpg
Prof Dr Ikeu Kania M Si

 

Dosen Fisip Uniga, Prof Dr Ikeu Kania M Si, yang menjadi narasumber dalam acara, saat diwawancarai awak media menyampaikan, bahwa kehadirannya dalam acara selaku penelaah (panelis). Menurutnya, acara yang digelar dinas kesehatan sangat luar biasa karena bertujuan dalam upaya penurunan Stunting di Kabupaten Garut.

"Garut itu kan (Stunting) lumayan tinggi, walaupun sudah ada upaya yang luar biasa kalau menurut saya dari pak bupati juga semua jajarannya kebawah. Dulu kita ada di 35 koma sekian (persen). Dengan gerak cepat, dengan berbagai kebijakan, akhirnya bisa turun jadi 23,6 (persen). Itu lumayan penurunannya," kata Prof Ikeu.

Untuk menurunkan kembali, lanjut Prof Ikeu, Dinkes Garut melalui Bidang Kesmas saat ini melaksanakan semacam FGD (Forum Group Discussion) untuk menggali, strategi apa yang dilakukan oleh camat, karena ini sasarannya 50 desa yang masih memiliki angka Stunting tinggi.

"Kita disini ingin menelaah, apa sih strategi mereka untuk menurunkan Stunting itu. Kalau menurut saya strateginya sudah cukup baik dan sudah dijalankan, ada beberapa kecamatan tadi yang sudah persentasi," ungkapnya.

Tapi, kata Prof Ikeu, dari apa yang dipaparkan ada beberapa yang menurutnya perlu ditambahkan, karena dari beberapa pemaparan, dirinya belum melihat ada kolaborasi governance atau kolaborasi dengan pentahelix.

"Stunting ini kan bukan masalah dinas kesehatan saja, atau masalah satu dinas saja, tapi ini masalah kita semua, yang penyelesaiannya memerlukan kerjasama atau kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan," katanya.

Dari hasil paparan camat, Prof Ikeu menyarankan, disamping upaya yang telah dilakukan saat ini, kolaborasi governance yang harus diutamakan, ada kolaborasi seluruh stakeholder dengan menggunakan pendekatan pentahelix.

"Selama ini barangkali yang dilakukan itu baru dinas kemudian camat, puskesmas dan desa. Padahal membutuhkan juga partisipasi masyarakat, kehadiran dunia usaha, teman-teman media dan juga membutuhkan kehadiran dari perguruan tinggi, begitu kan pentahelix itu," kata Prof Ikeu.

Yang paling utama dalam upaya penurunan Stunting kata Prof Ikeu, adalah kesadaran dan partisipasi masyarakat yang masih menjadi "PR" besar semuanya.

"Sebab kadang-kadang masyarakat juga enggak mau tuh anaknya disebut Stunting, karena Stunting itu masih dikatakan aib dan lain-lain. Jadi masih PR besar untuk kita untuk sama-sama meningkatkan dan menyadarkan partisipasi masyarakat dan paling utama itu tadi, kolaborasi bisa bekerja bersama-sama," paparnya.

VideoCapture_20230713-165742.jpg
DR H Suherman SH M Si

 

Sementara, Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TPPD) Kabupaten Garut, DR H Suherman, SH M Si, menyebutkan bahwa rapat koordinasi yang dilakukan merupakan evaluasi gerakan penurunan Stunting yang dilaksanakan di Kabupaten Garut.

Yang diundang dalam acara rapat koordinasi, lanjut Suherman, ada beberapa kecamatan yang masih tinggi dan juga sudah rendah angka Stuntingnya. Hal ini dilakukan untuk evaluasi.

"Evaluasi apa yang dilakukan, langkah-langkah strategi dari pak camat dan seluruh jajaran stakeholder tingkat kecamatan dalam rangka membumikan program Stunting, Zero Stunting," kata Suherman.

Setelah mendengar dari paparan para camat, Suherman mengaku bangga dan optimis, kegiatan dilaksanakan dengan penuh antusias, programnya jelas dan perencanaan yang matang. Sehingga expektasi yang diharapkan dari program ini betul-betul bisa terealisasi sebagaimana yang diharapkan, Kabupaten Garut Zero Stunting.

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.