Akibat Wabah Difteri, Wilayah Kecamatan Pangatikan Garut akan Dilaksanakan Outbreak Response Immunization


JABARONNEWS.COM, GARUT - Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, akan segera melaksanakan program Outbreak Response Immunization (ORI) di Wilayah Kecamatan Pangatikan. Hal ini merupakan salah satu strategi menyusul kemunculan wabah difteri yang kemudian ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Program ORI ini sendiri merupakan salah satu upaya penanggulangan KLB suatu penyakit dengan pemberian imunisasi. ORI merupakan strategi untuk mencapai kekebalan individu dan komunitas hingga sebersar 90 persen sampai 95 persen sehingga KLB difteri bisa segera diatasi.

Menurut Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, program ORI untuk sementara akan difokuskan di wilayah Kecamatan Pangatikan. Pada awalnya ORI dilakukan dengan sasaran anak usia dua bulan hingga 12 tahun akan tetapi berdasarkan saran dari pihak Kementerian Kesehatan, pada akhirnya dilaksanakan pada anak usia dua bulan sampai 15 tahun.

"Kami akan segera laksanakan ORI untuk wilayah Kecamatan Pangatikan. ORI akan dilaksanakan mulai Senin, 27 Februari 2023 dengan sasaran utama anak usia dua bulan hingga 15 tahun," ujar Leli, Jumat (24/02/2023).

Di wilayah Kecamatan Pangatikan terutma di wilayah RW tempat terjadinya sebaran difteri, tuturnya, cakupan imunisasi masih terbilang rendah yakni hanya mencapai 30 persen. Sedangkan secara keseluruhan, cakupan imunisasi di Desa Sukahurip berada di bawah 70 persen.

Leli menyampaikan, sebelum pandemi Covid-19, cakupan imunisasi cukup sulit dilakukan di wilayah itu. Kesadaran masyarakat terhadap imunisasinya memang masih kurang.

"Jadi memang dari tahun sebelumnya itu cakupannya rendah.Setelah masa pandemi Covid-19, mulai terjadi peningkatan akibat gencarnya program vaksin Covid-19," katanya. 

Selain melaksankaan program ORI, imbuh Leli, di wilayah Kecamatan Pangatikan juga diberlakukan pembatasan aktivitas. Namun pembatasan ini tidak dilakukan terlalu ketat.

Ia mengungkapkan, pembatasan aktivitas cukup dilakukan terhadap kontak erat, pasien bergejala, dan pasien positif. Hal ini penting dilakukan mengingat karakter penyebaran difteri serupa dengan penyebaran Covid-19.

Lebih jauh Leli menyatakan orang yang biasanya terkena difteri adalah yang tidak menjalani imunisasi atau imunisasinya tidak lengkap. Ini terbukti dengan apa yang terjadi saat ini di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan yang cakupan imunisasinya memang masih rendah. 

"Termasuk yang meninggal kemarin, dari data yang kami miliki ternyata ada yang tak lengkap imunisasinya bahkan ada yang tidak pernah sama sekali," ujar Leli.

Masih menurut Leli, dari tujuh kasus kematian akibat difteri di Desa Sukahurip, tiga di antaranya sudah dewasa. Sedangkan sisanya sebanyak empat orang masih di bawah 17 tahun. 

Orang dewasa yang terkena difteri tambahnya, rata-rata tidak bergejala, hal ini berbeda dengan yang menimpa anak-anak. 

Disampaikannya, dalam pelaksanaannya nanti, vaksin akan diberikan empat kali hingga usia dua tahun, usia lima tahun, SD kelas 1, kemudian SD kelas 6. (/Red)***


0 Komentar :

    Belum ada komentar.